KaryaTulis dari Wasisto Raharjo Jati, Jurusan Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM, email: wasito.raharjo.jati@ romdlon_odon in politik, ulama dan pesantren
- Nahdlatul Ulama atau yang disingkat NU adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Menurut data terakhir, NU memiliki jumlah anggota berkisar 40 juta orang 2013 hingga lebih dari 95 juta orang 2021. Nahdlatul Ulama didirikan pada 31 Januari 1926 atau 16 rajab 1344 H di Surabaya, Jawa Timur, oleh KH Hasyim Asy'ari, kakek dari mantan Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid atau Gus awal berdiri hingga sekarang, NU cukup berperan aktif dalam berbagai bidang, termasuk agama dan politik. Lantas, di balik pengaruhnya yang besar, apa latar belakang lahirnya Nahdlatul Ulama? Baca juga Tokoh-tokoh Pendiri Nahdlatul UlamaBuah pikir dari para kiai Sejarah lahirnya NU tidak lepas dari peran penting para pendirinya, yaitu KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Berdirinya organisasi NU bermula dari dibentuknya kelompok-kelompok diskusi yang terdiri atas sejumlah ulama. Jauh sebelum NU berdiri, pada 1914, KH Wahab Chasbullah lebih dulu mendirikan kelompok diskusi bernama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran atau yang disebut juga Nahdlatul Fikr atau Kebangkitan Pemikiran. Tujuan didirikannya Nahdlatul Fikr adalah untuk memberikan pendidikan sosial-politik kepada kaum santri. Dua tahun berselang, pada 1916, para kiai pesantren mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan atau Kebangkitan Tanah Air, yang bertujuan untuk melawan penjajahan Belanda.
MenujuHari Kelahiran NU 31 Januari. Mengawali tahun merupakan momen istimewa bagi Nahdliyin atau warga NU karena pada bulan Januari NU dideklarasikan oleh para ulama pesantren, tepatnya pada 31 Januari 1926 atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H. Januari tahun 2021, NU mencapai usia ke-95 tahun versi masehi. Menurut catatan Choirul Anam
Ma’had Aly – Latar Belakang dan Motivasi Berdirinya Nahdlatul Ulama Nu Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari. Ayahnya bernama Asy’ari, terkadang akhiran Asy’ari juga ditulis Ashari. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan ke-VIII dari Jaka Tingkir Sultan Pajang. Beliau KH. Hasyim Asy’ari lahir di Gedang, sebuah desa di daerah Jombang, Jawa Timur, pada Selasa Kliwon 24 Dzul Qa’dah 1287 H atau bertepatan 14 Februari 1871 M sekitar lingkungan Pesantren Kyai Utsman. Kiyai Utsman berasal dari Jepara yang silsilah keturunannya berasal dari Raja Brawijaya VI yang juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng Kakek ke-IX. Salah seorang putra Lembu Peteng bernama Jaka Tingkir atau disebut Karebet. Jaka Tingkir, adalah pemuda asal daerah Tingkir, desa yang terletak di sebelah tenggara Salatiga. Kiai Hasyim yang dikandung selama 14 bulan satu tahun dua bulan. Menurut pandangan orang Jawa, kandungan yang sangat panjang mengindikasikan cemerlangnya si bayi dalam berpikir di masa depan. Orang tuanya pun sangat yakin dengan isyarat tersebut karena sang Ibunda telah bermimpi bahwa bulan purnama jatuh dan menimpa tepat di atas perutnya. Setelah beliau lahir dan beranjak dewasa, kedua orang tua menyaksikan bakat kepemimpinan Hasyim kecil, yaitu pada saat ia bermain dengan anak-anak di lingkungannya. Ia selalu menjadi penengah kapanpun dia melihat ada peraturan permainan yang dilanggar oleh teman-temannya. Kiai Hasyim wafat pada 25 Juli 1947 dimakamkan di Tebuireng Jombang, beliau adalah Pendiri Nahdlatul Ulama, yaitu Organisasi Islam terbesar di Indonesia. Faktor Berdirinya NU Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M. Diadakan pertemuan penting di Kertopaten, tepatnya di kediaman KH. Wahab Chasbullah Surabaya, Jawa Timur, yang dihadiri oleh para kiai seluruh penjuru. Diantaranya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy`ari Tebuireng, Jombang, KH. Bisri Syansuri Denanyar, Jombang, KH. R. Asnawi Kudus, KH. Nawawi Pasuruan, KH. Ridwan Semarang, KH. Ma`sum Lasem, Rembang, KH. Nahrawi Thohir Malang, H. Ndoro Muntaha Bangkalan, Madura, KH. Abdul Hamid Sedayu Gresik, KH. Abdul Halim Cirebon. Tujuan diadakannya pertemuan ini sebagai upaya mengatasi problem-problem potensial yang tengah dihadapi baik secara politik maupun keagamaan. Oleh karena itu, tema yang diangkat sebagai topik pembahasan bukan saja terkait isu lokal tentang masyarakat dan umat Islam di Indonesia, melainkan juga isu-isu internasional tentang apa yang terjadi di Timur Tengah. Isu tentang Raja Abdul Aziz bin Sa’ud di Mekkah yang telah berlebih-lebihan dalam menerapkan program pemurnian ajaran Islam. Hal itu dikhawatirkan akan berdampak mengganggu para jama’ah haji di Mekkah dan Madinah, untuk tidak mengizinkan melakukan upacara-upacara tertentu seperti, misalnya, memberikan penghormatan kepada makam nabi, juga akan takut campur tangan sang raja terhadap tradisi intelektual santri, yang telah cukup lama terlembagakan di tanah Hijaz. Maka berdirilah NU pada 31 Januari di Surabaya, karena terjadinya peristiwa di daerah Hijaz yang ingin mendirikan program pemurnian ajaran sebagai ideologi, terutama bagi kalangan pesantren yang memang secara teguh mempertahankan kehidupan agama dengan pola madzhab. Kemudian untuk menyikapi problem ini, digelarlah Kongres IV dan V umat Islam yang diselenggarakan di Yogyakarta, pada 21 s/d 27 Agustus 1925. Dan di Bandung, pada tanggal 16 Februari 1926, kongres ini dengan jelas diadakan untuk mencari input dalam menghadapi Kongres Islam di Arab. Tetapi, sayangnya, pada Kongres ini aspirasi pesantren sama sekali tidak tertampung dan tidak dijadikan sebagai pegangan dasar dalam merumuskan solusi. Kiai Wahab Chasbullah mengusulkan agar beberapa makam penting, mulai dari makam Rasulullah sampai makam para sahabat dan tempat bersejarah lainya agar dipelihara dengan baik. Namun karena usulan para ulama pesantren ini tidak termasuk agenda kongres maka usulan tidak tertampung, akhirnya atas prakarsa Kiai Wahab Chasbullah sendiri, para ulama pesantren mendirikan “Komite Hijaz” yang bertujuan menyampaikan aspirasi ulama pesantren kepada penguasa Arab Saudi. Dalam rapat yang digelar di Surabaya dan dihadiri para tokoh generasi awal NU ini diputuskan Pertama, membentuk organisasi Nahdlatul Ulama. Kedua, menunjuk KH. R. Raden Asnawi Kudus untuk berangkat ke Hijaz guna menyampaikan sikap serta pandangan para kiai pesantren yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama. Ketiga, menyampaikan rumusan sikap dan pandangan Nahdlatul Ulama atas persoalan keagamaan usulan itu berhasil dan diterima baik oleh Raja Saudi Ibnu Saud bahkan memberikan jaminan bahwa ia akan berusaha memperbaiki pelayanan ibadah haji sejauh perbaikan itu tidak melanggar aturan Islam aturan Islam versi pemahaman mereka tentunya. Pembubaran Komite Hijaz Misi yang diemban Komite Hijaz akhirnya berhasil. Kemudian mereka mengadakan rapat kembali. Agendanya antara lain untuk membubarkan “Komite Hijaz” tapi rencana itu dicegah oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Beliau menghendaki agar Komite Hijaz itu diteruskan menjadi organisasi Kebangkitan Ulama atau Nahdlatul Ulama. Seiring dengan keadaan pada waktu itu bahwa beberapa kalangan muda juga sedang merintis pembentukan sebuah organisasi keagamaan yang misinya tidak lain untuk mengembangkan Islam Ahlussunah Wal Jamaah. Maka sejak itu, tepatnya di sebuah rumah di jalan Kebon Dalem Surabaya, dibentuklah Nahdlatul Ulama. Untuk menentukan anggaran dasarnya. Para Kiai meminta mas Sugeng Sekretaris Mahkamah Tinggi atau Buchroeh sedangkan Kiai Ridlwan dari Surabaya yang dianggap mempunyai darah seniman membuat lambang NU. Pembuatan Lambang NU oleh Kiai Ridlwan Surabaya Bermula dari persiapan penyelenggaraan Muktamar NU ke-2 di Surabaya, Kiai Ridlwan ditugaskan oleh Kiai Wahab Hasbullah untuk membuat lambang NU karena mengingat beliau pandai menggambar. Namun sampai setengah bulan beliau berusaha mencoba membuat sketsa lambang NU belum juga mendapat ilham, sedangkan muktamar sudah diambang pintu sehingga hal ini membuatnya mendapat teguran dari Kiai Wahab Chasbullah. Pada suatu malam dengan harapan muncul inspirasi, Kiai Ridlwan mengambil air wudhu kemudian melaksanakan shalat istikharah lalu beliau tertidur nyenyak. Dalam nyenyaknya tidur beliau bermimpi melihat sebuah gambar di langit yang biru dan jernih. Bentuknya mirip gambar lambang NU yang kini berlaku. Lalu akhirnya beliau serentak terbangun dan langsung secara spontan mengambil kertas dan pena membuat sketsa gambar sesuai dengan apa yang beliau lihat di mimpinya. Saat itu jam menunjukan pukul dini hari. Keesokan harinya gambar sudah selesai, lengkap dengan tulisan memakai huruf Arab dan tahun. Arti dari lambang Nahdlatul Ulama Sembilan bintang Bintang besar di tengah bagian atas adalah melambangkan Nabi Besar Muhammad Saw. Dua bintang kecil di samping kiri dan dua bintang kecil di samping kanan dari bintang besar, melambangkan empat Sahabat Khulafaur-rasyidin Empat bintang kecil di bagian bawah melambangkan madzhab yang empat. Keseluruhan jumlah bintang yang sembilan melambangkan Walisongo. Referensi Aziz Mansyhuri, 99 Kiai Kharismatik Indonesi, Bogor, Keira Publishing, 2017. Abdul Muchith Muzadi, NU dalam perspektif sejarah dan ajaran, Surabaya, Khalista, 2006. Sarkawi B. Husain, sejarah Masyarakt Islam Indonesia, Surabaya, Airlangga University, 2017. Muhlasin, “Biografi KH. Hasyim Asy’ari Pendiri NU Tebuireng Jombang”, diakses 28 November jam WIB Laode Ida ,NU Muda kaum Progresif dan Sekulerisme baru, Jakarta, Erlangga, 2004. Muhammad Sulton Fatori, BUKU pintar Islam Nusantara, Jakarta, pustaka IIMAN, 2017 Post Views 8,794

SyaikhinaMaimoen Zubair pernah bercerita: “Diantara mulazamah walidi (Syaikhona Zubair Dahlan) yang menjadi

Home Politik Rabu, 22 Desember 2021 - 0605 WIBloading... NU didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926 M bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriah oleh sekelompok ulama yang merupakan kepentingan Islam tradisional. Foto SINDOnews/Dok A A A JAKARTA - Nahdlatul Ulama NU akan menyelenggarakan Muktamar ke-34 hari ini, Rabu 22/12/2021. Nahdlatul Ulama yang artinya kebangkitan ulama merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah Nahdlatul Ulama tidak bisa dilepaskan dengan upaya mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah aswaja. Ajaran ini bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ keputusan-keputusan para ulama sebelumnya, dan Qiyas kasus-kasus yang ada dalam cerita Al-Qur’an dan Hadits. Baca Juga Nahdhatul Ulama didirikan di Surabaya, Jawa Timur pada 31 Januari 1926 M bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriah oleh sekelompok ulama yang merupakan kepentingan Islam tradisional, terutama sistem kehidupan pesantren.“Lahirnya Jami’iyyah NU didahului dengan beberapa peristiwa penting. Pertama adalah berdirinya grup diskusi di Surabaya pada tahun 1914 dengan nama Taswirul Afkar yang dipimpin KH Wahab Hasbullah dan KH Mas Mansyur,” kata Bibit Suprapto dalam buku Nahdlatul Ulama Eksistensi Peran dan Prospeknya’, dikutip Rabu 22/12/2021.Menurut Masykur Hasyim dalam tulisan Merakit Negeri Berserakan’, NU lahir sebagai reprensentatif dari ulama tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlus sunnah waljamaah. Tokoh-tokoh yang ikut berperan di antaranya KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan para ulama pada masa berdirinya Nahdlatul Ulama berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924 di Arab Saudi, sedang terjadi arus pembaharuan. leh Syarif Husein, Raja Hijaz Makkah yang berpaham Sunni ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Baca Juga Dikutip dari sebelum Nahdlatul Ulama dibentuk KH Hasyim Asyari terlebih dahulu melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT. Sikap bijaksana dan kehati-hatian KH Hasyim Asyari dalam menyambut permintaan KH Wahab Hasbullah juga dilandasi oleh berbagai hal. Di antaranya posisi KH Hasyim Asyari saat itu lebih dikenal sebagai Bapak Umat Islam Indonesia Jawa. KH Hasyim Asyari juga menjadi tempat meminta nasihat bagi para tokoh pergerakan nasional. Peran kebangsaan yang luas dari KH Hasyim Asyari itu membuat ide untuk mendirikan sebuah organisasi harus dikaji secara mendalam. ormas islam kiai nahdlatul ulama kh hasyim asyari muktamar nu Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 7 menit yang lalu 18 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu 2 jam yang lalu

mayoritasumat islam ada di indonesia dimana agama lain menjadi agama minoritas di indonesia untuk itu para ulama sepakat membentuk nu yang bertugas mempersatukan umat islam dibawah empat mazhab, hal inilah yang membuat nu menjadi organisasi yang berisikan para ulama terkenal di indonesia untuk mengatur dan menaungi segala hal mengenai islam

Dalam perhitungan tahun Masehi, 31 Januari 2021 mendatang, Nahdlatul Ulama NU bakal mencapai usia 95 tahun. Tak sedikit peran besar NU untuk mengisi kehidupan keagamaan, sosial-kemasyarakatan, maupun kebangsaan dan kenegaraan menjadi lebih ramah bagi masyarakat yang plural di Indonesia bahkan dunia. Peran luas NU sudah dicita-citakan sedari awal dideklarasikan pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344. Pembentukan jam’iyyah NU tidak lain adalah sebagai upaya pengorganisasian potensi dan peran ulama pesantren yang sudah ada untuk ditingkatkan dan dikembangkan lebih luas lagi. Keinginan untuk meningkatkan pengabdian secara luas itu terlihat jelas pada rumusan cita-cita dasar di awal berdirinya NU yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk ikhtiar sebagai berikut “Mengadakan perhoeboengan di antara Oelama-oelama jang bermadzhab, soepaja diketahoei apakah itoe dari kitab-kitab Ahli Soennah wal Djama’ah atau kitab-kitab Ahli Bid’ah. Menjiarkan agama Islam berazaskan pada madzhab empat dengan djalan apa sadja jang baik, berikhtiar memperbanjak madrasah-madrasah jang berdasar agama Islam, memperhatikan hal-hal jang berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe, dan pondok-pondok, begitoe joega dengan hal ihwalnja anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan oentoek memajoekan oeroesan pertanian, perniagaan jang tiada terlarang oleh sjara’ agama Islam.” Statuen Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama tahun 1926 pasal 3, halaman 2-3 dalam Pertumbuhan dan Perkembangan NU, Choirul Anam, 2010 18 Dengan kata lain, didirikannya NU adalah untuk menjadi wadah bagi usah mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama pesantren dalam rangka tugas pengabdian yang tidak lagi terbatas pada soal kepesantrenan dan kegiatan ritual keagamaan semata. Tetapi lebih ditingkatkan lagi pada kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, dan persoalan kemasyarakatan pada umumnya. Rumusan ikhtiar tersebut merupakan prioritas penting untuk dilaksanakan, baik pada saat NU dideklarasikan maupun hingga saat ini mengingat problem sosial-kemasyarakatan jauh lebih kompleks. Di titik itulah NU dapat didefinisikan bahwa NU adalah Jam’iyyah Diniyyah Ijtima’iyyah organisasi sosial keagamaan Islam yang didirikan oleh para ulama pesantren -pemegang teguh salah satu madzhab empat- berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah ala madzahibil arba’ah -tetapi juga memperhatikan masalah-masalah sosial, ekonomi, perdagangan, pertanian, dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada bangsa, negara, dan umat manusia. Choirul Anam, 2010 19 Berdirinya NU merupakan rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan. Karena berdirinya NU merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat. Digawangi oleh KH Abdul Wahab Chasbullah, sebelumnya para kiai pesantren telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathan atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918. Kiai Wahab Chasbullah sebelumnya, yaitu pada 1914 juga mendirikan kelompok diskusi yang ia beri nama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran, ada juga yang menyebutnya Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran. Dengan kata lain, NU adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan peran yang lebih luas. Peran yang tidak kalah penting ialah perjuangan ulama pesantren dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah hingga mencapai kemerdekaan bagi seluruh bangsa Indonesia. Penulis Fathoni Ahmad Editor Muchlishon
Gerakanpemberdayaan umat di bidang pendidikan yang sejak semula menjadi perhatian para ulama pendiri ( the founding fathers ) NU kemudian dijalankan melalui lembaga yang bernama Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU). Lembaga ini bersama-sama dengan jam'iyah NU secara keseluruhan melakukan strategi-strategi yang
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang merupakan wadah untuk menempa ilmu-ilmu agama. Selain berperan di bidang pendidikan, pesantren juga lekat dengan kehidupan sosial-masyarakat. Pesantren hadir melakukan pemberdayaan dan solusi problematika umat sehingga sejak berdirinya, pesnatren tidak tercerabut dari akar sosial-masyarakatnya. Peran itulah yang membuat pesantren juga menjelma sebagai wadah pergerakan nasional untuk melakukan perlawanan terhadap segala bentuk kolonialisme. Jika dirunut perjuangan dan langkah-langkah diplomasi yang dilakukan para kiai, pesantren merupakan satu-satunya wadah yang tidak terpengaruh oleh kepentingan politik kolonial. Baik pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Berbagai macam cara dilakukan oleh para ulama pesantren agar dapat melepaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan, baik melalui pendidikan, kemandirian dan pemberdayaan ekonomi, organisasi pemikiran, dan lain-lain. Wadah atau perkumpulan yang didirikan oleh para kiai bertujuan menyadarkan spirit perjuangan bangsa Indonesia, memperkuat cinta tanah, dan melakukan perlawanan kultural. Peran ulama pesantren begitu nyata dalam membangun pondasi kekuatan bangsa secara embrionik melalui perkumpulan para pemuda dengan komitmen cinta tanah air yang berhasil dilakukan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah beberapa tahun setelah dr Soetomo mendirikan organisasi pemuda bernama Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 sebagai titik pijak kebangkitan nasional. Semangat Abdul Wahab muda sekitar tahun 1914 setelah pulang dari menuntut ilmu di Mekkah merasa tidak bisa memaksimalkan seluruh kemampuan berpikir dan bergeraknya saat menjadi salah satu bagian dari Syarikat Islam SI dengan tokoh utamanya Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Kiai Wahab merasa tidak puas jika belum mendirikan organisasi sendiri. Karena dalam pandangannya, SI terlalu mengutamakan kegiatan politik, sedangkan dirinya menginginkan tumbuhnya nasionalisme di kalangan pemuda melalui kegiatan pendidikan. Singkatnya pada tahun 1916, KH Wahab Chasbullah berhasil mendirikan perguruan Nahdlatul Wathan kebangkitan tanah air dengan bantuan beberapa kiai lain dengan dirinya menjabat sebagai Pimpinan Dewan Guru keulamaan. Sejak saat itulah Nahdlatul Wathan dijadikan markas penggemblengan para pemuda. Mereka dididik untuk menjadi pejuang, pemuda berilmu, dan cinta tanah air. Bahkan setiap hendak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih dahulu menyayikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Syubbanul Wathan. Semangat nasionalisme Kiai Wahab yang berusaha terus diwujudkan melalui wadah pendidikan juga turut serta melahirkan organisasi produktif seperti Tashwirul Afkar kebangkitan pemikiran. Selain itu, terlibatnya Kiai Wahab di berbagai organisasi pemuda seperti Indonesische Studieclub, Syubbanul Wathan pemuda cinta tanah air, dan kursus masail diniyyah bagi para ulama muda pembela mazhab tidak lepas dari kerangka tujuan utamanya, yakni membangun semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang sedang terjajah. Kiai Wahab telah membuktikan diri bahwa internalisasi semangat nasionalisme sangat efektif diwujudkan melalui ranah pendidikan. Hal ini dilakukan dengan masif di berbagai pesantren sehingga peran ulama pesantren sendiri diakui oleh dr Soetomo Bung Tomo sebagai lembaga yang berperan besar dalam membangun keilmuan yang kokoh bagi bangsa Indonesia sekaligus dalam pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan. Dalam salah satu sumber historis, Bung Tomo berkata “Sebelum gopermen Hindia Belanda membuka sekolahnja, pada waktoe itoe, pesantrenlah jang mendjadi soember pengetahoean, mendjadi mata air ilmoe bagi bangsa kita boelat-boelatnja”. Selain itu dia juga memberikan pernyataan jelas terkait nasionalisme yang terus dibangun oleh kalangan pesantren. Bung Tomo berkata “Pesantren adalah konservatorium nasionalisme dan patriotisme Indonesia. Andai tidak ada pesantren, andai kata tokoh-tokoh Indonesia hanya mendapatkan pendidikan Barat, kiranya sulit mengajak mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.” Semacam testimoni dr Soetomo tersebut bukan isapan jempol belaka. Tokoh-tokoh ulama dan kiai tidak hanya menginspirasi kalangan pesantren, tetapi juga memberikan spirit ruh perjuangan kepada para tokoh nasional seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Jenderal Soedirman, Bung Tomo, dan lain sebagainya. Tokoh perjuangan dari kalangan nasionalis itu secara mantap menjadikan ulama sebagai pelabuhan berpikir dan bertindak dalam melakukan perjuangan kemerdekaan saat itu, terutama kepada KH Muhammada Hasyim Asy’ari yang kerap kali menjadi tempat meminta pendapat bagi para pemuda pergerakan nasional dalam melawan menjajah. Bahkan Kiai Hasyim Asy’ari merumuskan dalil’ bahwa mencintai tanah air adalah sebagian dari iman, hubbul wathani minal iman yang berhasil membuat bangsa Indonesia tergerak untuk bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Artinya, memperjuangkan kemerdekaan rakyat dari belenggu penjajah sama dengan menegakkan agama. Karena di tanah air Indonesia yang merdeka inilah, nilai-nilai agama Islam bisa tumbuh dan berkembang. Selain spirit nasionelisme dan pemikiran berbasis keilmuan pesantren yang ingin dibangkitkan, Kiai Wahab Chasbullah juga mengumpulkan para pengusaha atau saudagar-saudagar pesantren dalam perkumpulan Nahdlatut Tujjar kebangkitan saudagar yang didirikannya pada 1918. Tujuan utamanya memperkuat pemberdayaan dan kemandirian, tidak terpenjara dengan politik-politik kolonial yang kerap mengiming-imingi materi sehingga bangsa Indonesia terus terjajah dan martabat bangsa tergadaikan. Saking pentingnya membangun kemandirian ekonomi ini, Rais Akbar NU KH Hasyim Asy’ari sendiri yang mendorong para pemuda dan kalangan pesantren untuk memaksimalkan pendirian koperasi melalui spirit Nahdlatut Tujjar. “Wahai pemuda putra bangsa yang cerdik pandai dan para ustadz yang mulia, mengapa kalian tidak mendirikan saja suatu badan usaha ekonomi yang beroperasi di mana setiap kota terdapat satu badan usaha yang otonom untuk menghidupi para pendidik dan penyerap laju kemaksiatan.” Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari – Deklarasi Nahdlatut Tujjar 1918 dalam Piagam Perjuangan Kebangsaan, 2011. Dari perkumpulan Nahdlatut Tujjar, perjuangan para kiai pesnatren makin kokoh dalam upaya melawan kolonialisme Hindia-Belanda. Semua perjuangan kiai-kiai melalui pendidikan, dan lain-lain tertunjang dengan kebangkitan para pedagang yang digerakkan oleh Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Chasbullah. Spirit kebangkitan ke arah yang lebih baik untuk kepentingan rakyat banyak, itulah ruh perjuangan yang digelorakan oleh KH Hasyim Asy’ari beserta para ulama lain dan Bung Tomo sebagai pendiri Boedi Oetomo yang dinilai sebagai organisasi modern pertama yang memulai penggalangan kesatuan nasional. Editor Abdullah Alawi
KH. Hasyim Asy’ari adalah salah satu ulama besar indonesia yang mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 31 januari 1926. para santri di setiap pondok pesantren di Indonesia berhasil menerima pemikiran beliau. Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Jika Anda ingin mengetahui seperti apa pemikiran
Nahdlatul Ulama atau disingkat NU, adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. NU didirikan pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H di Surabaya oleh KH Hasyim Asy'ari, kakek dari mantan presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. KH Hasyim Asy'ari menjadi pendiri sekaligus Rais Akbar atau Rais Aam (pemimpin
Hasbullahseorang dermawan yang kaya raya Pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Ibu Nyai Fathimah adalah adik termuda dari seorang pendiri organisasi Nahdlatul Ulama’ KH. Abdul Wahab Hasbullah. KH Abdul Fattah Hasyim merupakan putra pertama dari empat bersaudara, adik pertamanya bernama KH. Abdul Wajid kemudian Ibu Nyai Fatihah ( istri KH.
Asad Syamsul Arifin atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Raden As'ad Syamsul Arifin adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Ia adalah ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar Nahdlatul
GoUt.
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/489
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/559
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/740
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/476
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/524
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/513
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/324
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/409
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/873
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/250
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/793
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/564
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/166
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/119
  • yk9mlo3ryh.pages.dev/801
  • apa motivasi para ulama pesantren mendirikan organisasi nahdlatul ulama